Seorang laki-laki (nama tidak ingin disebutkan) menemukan sebuah dompet di jalan. Di dalamnya ada ribuan dollar, lengkap dengan kartu nama dan kartu identitas pemiliknya. Konflik batin pun terbit ketika mengetahui jumlah uangnya. Apalagi dirinya sedang membutuhkan sejumlah uang untuk keperluan diri dan keluarganya.
Beruntung, laki-laki sederhana ini mampu memenangkan konflik batinnya. Dia menghubungi nomor kontak yang tertera di dalam kartu nama. Mengenalkan diri sejenak, menceritakan apa yang dia alami, lalu janjian ketemuan dengan si pemilik dompet.
Singkat kisah, keduanya bertemu. Setelah berbincang ringan, laki-laki berwajah teduh ini menyerahkan dompet beserta seluruh isinya kepada si pemilik. Sebagai bentuk ‘ujian’, si pemilik sempat mengatakan, “Jumlah uangnya 2000 dollar, mengapa Anda hanya menyerahkan 1000 dollar kepada saya?”
“Demi Allah,” kata si laki-laki jujur, “hanya itu yang terdapat di dalam dompet Anda.”
Laki-laki pemilik dompet menjelaskan, dia merupakan salah satu pemilik perusahaan besar dengan aset jutaan dollar yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Terkait dompetnya, sesungguhnya merupakan sebuah kesengajaan. Bahkan, tuturnya, “Saya menjatuhkan enam belas dompet di banyak lokasi yang berbeda. Harapannya, ada orang yang mengembalikan dompetku.”
Sengaja. Hendak mencari orang yang paling jujur. Sayangnya, katanya sampaikan pengakuan, “Tiada satu pun dompet yang kembali. Ini dompet terakhir yang aku ‘buang.’”
“Karena itu,” ujar si pemilik dompet yang membuat gemetar tubuh si laki-laki sederhana, “jadilah kepala bagian keuangan di perusahaanku. Aku membutuhkan orang-orang seperti Anda.”
“Maaf, Pak,” jawab si laki-laki sederhana, “saya tidak mempunyai kemampuan pengelolaan keuangan. Saya bukan orang yang berpendidikan.”
“Ilmu bisa dipelajari. Tapi kejujuran, amat jarang didapati di zaman ini.” Pungkasnya sampaikan ajakan yang lebih bersifat perintah, “Bergabunglah. Saya membutuhkan orang seperti Anda. Tim-tim kepercayaan saya akan mengajari ilmu keuangan kepada Anda hingga benar-benar menguasai.”
Di mana pun Anda berada saat ini, pekerjaan apa pun yang Anda dambakan, senantiasalah pegang prinsip ini. Pegang teguh. Gigit erat dengan geraham. Jangan sampai tergadai. Sebab kebaikan hanya berbalas kebaikan. Meski kadang, kedatangannya seperti terlambat. Padahal, tiada satu pun takdir, kecuali tiba pada masanya.
Dambakan sukses karir? Inilah salah satu kiat utama yang harus Anda pegang dan perjuangkan.
Wallahu a’lam.
[Pirman/Kisahikmah]
Home » Inspirasi »
Serba - Serbi
» Kisah Nyata: Orang Bodoh Menjadi Manager Keuangan Gara-Gara Kejujuranya